Baca Juga

Selasa, 22 Desember 2015

30 Hari Bebas Hutang oleh Arli Kurnia Bab 1

Bab 1 Tuhan


Kalau anda percaya Tuhan, pasti masalah anda selesai dengan ijinnYa..

Hal ini yang saya perhatikan pertama kali saat saya ingin menyelesaikan masalah-masalah 

saya dengan perbankan.

Jujur waktu itu, saya sudah tidak peduli lagi dengan bisnis saya, tidak peduli juga dengan BI 

cheking.. saya hanya ingin keluar dari semuanya, dan menjauh.. betul betul menjauh dari 

sistem hutang dan bunga.

Ya.. apapun agama anda..mendekatlah kepada Tuhan.

Saya pribadi adalah seorang muslim, yang sangat menghargai keagamaan orang lain. Jadi 

apapun agama anda, silahkan mendekat dengan Tuhan. Berbicaralah dengan orang-orang ahli 

ibadah, dan bertanyalah “Apa yang harus saya lakukan untuk bisa lebih dekat dengan Tuhan..”

Ya .. itu juga yang saya lakukan.

Saya baru sadar kalau ternyata selama ini saya lebih mementingkan semua hal mendesak 

seperti angsuran. Bahkan saya merasa takut dengan debt collector, seharusnya lebih takut 

dengan Tuhan..

Dari kesadaran itu, maka saya mulai memperbaiki semua hal yang terkait dengan ibadah, dan 

Mungkin cerita dibawah bisa lebih memberikan inspirasi untuk anda:

Keajaiban Tuhan menyelesaikan Hutang 1 Milyar hanya dalam dua Hari

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Seorang pria bernama Mukhlis tengah mendekam di Lapas 

Sukamiskin, Bandung. Bisnis yang begitu menggiurkan sesaat membuatnya terjerembab 

hutang hingga lebih dari Rp 2 milyar.


Ia tak sanggup bayar dan perusahaan kreditur pun memperkara-kannya hingga ia dipenjara.

Hari itu adalah Ahad, sudah dua pekan lebih Mukhlis berada di dalam sel sempit di balik jeruji. 

Ia merasa sedih dan kesepian. Kebebasan yang biasa ia hirup sebelumnya kini hanya tinggal 

Jangankan untuk bersenang-senang dengan rekan dan sahabat, untuk berkumpul dengan 

keluarga tercinta saja sudah tidak lagi bisa.

Mukhlis merasa sedih, dan ia berjanji tidak ingin lagi hidup seperti ini. Berkali-kali dengan 

mulutnya ia gumamkan doa kepada Allah Sang Maha Penolong dari balik jeruji agar ia dapat 

menyelesaikan perkara dan segera bebas dari penjara dan kembali ke rumah untuk

berkumpul bersama keluarga.


Dalam kesedihan yang Mukhlis alami, tiba-tiba seperti ijabah doa yang datang dari Allah Swt

maka Mukhlis dapati ustadz Iman sedang berkeliling dari satu sel ke sel lainnya.

Ustadz Iman adalah pembimbing rohani Islam para tahanan yang kerap memberikan 

pelajaran mental bagi setiap tahanan yang ada di Lapas Sukamiskin. Sepekan dua kali 

biasanya ustadz Iman datang ke lapas. Demi melihat datangnya ustadz Iman maka Mukhlis 

pun memanggil beliau dari balik jeruji.

Terjadilah obrolan antara Mukhlis dan ustadz Iman. Banyak nasehat yang disampaikan sang 

ustadz kepada Mukhlis, termasuk salah satu nasehatnya adalah agar Mukhlis rajin bersedekah. 

Ustadz Iman menyampaikan bahwa sedekah itu menjadi salah satu cara yang membuat 

datangnya pertolongan Allah Swt.

Mukhlis meresapi nasehat itu, maka sejurus kemudian ia bangkit untuk mengambil sesuatu. Ia 

buka tas dan dari dalam tas tersebut ia ambil uang sejumlah Rp 1 juta dan ia berikan kepada 

sang ustadz.


“Ustadz, mohon salurkan uang ini sebagai sedekah saya. Terserah ustadz mau berikan kepada 

siapa ... saya berharap dengan sedekah ini saya akan mendapat pertolongan Allah seperti yang 

ustadz sampaikan kepada saya!”

Sang Ustadz menerima sedekah Mukhlis. Beliau berjanji untuk menyalurkan sedekah tersebut 

selekas mungkin. Tak lupa sang Ustadz mendoakan Mukhlis agar segala masalah yang ia 

hadapi diberi kemudahan oleh Allah Swt.

Sejurus kemudian ustadz Iman pun berlalu meninggalkan Mukhlis.

Ustadz Iman kembali ke kampungnya. Sebelum beliau tiba di rumah beliau menyempatkan 

untuk mampir di sebuah warung kecil. Beliau membeli sesuatu di sana. Teringat akan titipan 

sedekah Mukhlis, maka ustadz Iman pun berbincang dengan pemilik warung.

“Bu, punten ..., apakah di warung ini ada orang-orang miskin yang punya hutang dan belum 

bisa terlunaskan?!” tanya ustadz Iman kepada ibu pemilik warung.

“Ada ustadz ....! ada beberapa orang susah yang punya hutang di warung saya.” jawab ibu 

pemilik warung.

“Berapa orang bu kira-kira jumlah mereka dan besaran hutangnya?!” kejar ustadz Iman lagi.

Maka ibu pemilik warung pun menceritakan bahwa ada sejumlah orang miskin yang 

berhutang di warungnya, dan itu membuat usahanya sulit berkembang sebab modal yang ia 

putar tertahan oleh hutang-hutang mereka.


Sang ibu pemilik warung menyebutkan sejumlah nama, namun setelah dihitung semua orang 

itu memiliki jumlah hutang Rp 1,8 juta. Sang ibu mengutarakan; biasanya mereka berhutang 

keperluan sehari-hari seperti sembako, namun rupanya mereka selalu tidak mampu 

membayar hutangnya sementara sang ibu tidak tega kalau mendengar mereka mengiba, maka 

ia pun memberikan izin kepada mereka untuk berhutang di warungnya.

Usai mendapat penjelasan dari ibu pemilik warung maka ustadz Iman menjelaskan bahwa ia 

memiliki titipan sedekah sebesar 1 juta rupiah. Beliau meminta kepada ibu pemilik warung 

untuk menghitung siapa saja kiranya yang bisa ditolong agar terbebas dari hutang.

Sang ibu pemilik warung amat senang mendengarnya. Maka ia memberikan data orang- orang

susah yang kerap berhutang di warungnya. Setelah dihitung maka ada 7 nama di antara 

mereka yang bisa dilunaskan hutangnya dengan uang sedekah 1 juta rupiah tersebut.

Dengan baca basmalah ustadz Iman menyerahkan uang sedekah Mukhlis kepada ibu pemilik 

warung. Sang ibu berucap syukur dan ia mengangkatkan tangan seraya berdoa kepada Allah 

Swt atas anugerah-Nya yang telah menggerakan hati Mukhlis, orang yang tidak dikenalnya, 

untuk mau melunasi hutang-hutang orang susah yang ada di warungnya.

Ibu pemilik warung berjanji kepada ustadz Iman untuk memberitahukan kepada 7 nama tadi 

kabar gembira ini. Maka saat kesemua nama tadi mendapatkan kabar tersebut maka mereka 

pun bersyukur kepada Allah Swt dan mendoakan Mukhlis dengan penuh kesungguhan.

Ina, istri Mukhlis datang berkunjung ke lapas pada hari Kamis. Ada gurat kegembiraan pada 

wajahnya. Saat Mukhlis datang di ruang besuk, maka Ina bangkit dari duduknya dan ia tak 

kuasa menahan tangis.


Mukhlis kaget melihat istri tercintanya menangis. Mukhlis menanyakan apa gerangan namun 

Ina tidak mampu menjawab apa-apa. Tubuhnya bergetar dan terlihat banyak air mata yang 

mengalir di pipinya. Ina mengeluarkan secarik surat berwarna putih dari tasnya. Surat itu ia 

serahkan kepada Mukhlis dan langsung surat itu dibaca.

Tidak banyak kata dan kalimat tertulis dalam surat itu. Namun demi membaca surat tersebut, 

maka Mukhlis pun tertunduk dan mulai meneteskan air mata haru.

“Allahu akbar .... Allahu Akbar .... Allahu Akbar ....

Alhamdulillah ya Rabb.... sungguh Engkau Maha Penolong dan Maha Pemurah... Engkau tolong 

hamba-Mu yang lemah ini untuk keluar dari masalah” pekik Mukhlis dalam doa.

Dalam surat tertanggal hari Selasa dua hari yang lalu tertulis bahwa perusahaan tempat 

Mukhlis berhutang menyatakan bahwa hutangnya SEBESAR 1 MILYAR RUPIAH TELAH 

DIHAPUSKAN!

Mukhlis dan Ina saling berpegangan tangan. Mereka sungguh bahagia mendengar berita 

gembira ini. Berita ini sungguh membuat beban hutang Mukhlis bertambah ringan. Maka usai 

bertemu dan bertukar kabar, beberapa saat kemudian Ina pun berpamitan untuk pulang ke 

rumah.

Keesokannya adalah hari Jumat. Seluruh penghuni lapas bersiap untuk melaksanakan shalat 

Jum'at. Saat menanti datangnya waktu Jum'at tiba Mukhlis mengisinya dengan dzikir dan 

i'tikaf. Begitu adzan Zuhur dikumandangkan maka naiklah sang khatib yang tiada lain adalah 

ustadz Iman.


Saat menyimak khutbah Jum'at yang disampaikan ustadz Iman maka air mata Mukhlis kembali 

menetes deras. Mukhlis mengingat perjumpaannya dengan ustadz Iman pada hari Ahad lalu 

dan ia teringat sedekah satu juta rupiah yang ia titipkan kepada beliau. Sungguh sedekah itu 

telah dibayar Allah Swt hanya dalam tempo 2 hari menjadi 1000 kali lipat.

Saat shalat Jum'at usai, maka Mukhlis mendatangi ustadz Iman. Ia menyampaikan ucapan

terima kasih yang berulang-ulang atas bantuan ustadz Iman menyalurkan sedekahnya. Ustadz 

Iman pun kembali mengucapkan terima kasih.

Beliau sampaikan bahwa pemilik warung dan 7 orang yang berhutang juga turut berterima 

kasih kepada Mukhlis dan mendoakan. Mendengarkan penuturan ustadz Iman kembali air 

mata haru mengalir deras di pipi Mukhlis.

Sambil terisak Mukhlis berkata kepada ustadz Iman, “Ustadz..., janji Allah Swt yang ustadz 

sebutkan bagi orang yang bersedekah sungguh kini telah saya rasakan. Sedekah saya kemarin 

dalam dua hari sungguh telah Allah bayarkan kepada saya sebesar 1000 kali lipat!”

Mukhlis pun merangkul erat tubuh ustadz Iman. Kedua manusia itu tak henti-hentinya 

berucap hamdalah dan bersyukur kepada Allah Swt. Ada kebahagiaan yang tiada terperi di 

hati kedua manusia itu. Keduanya menjadi saksi atas janji Allah, bahwa masalah yang dihadapi 

bisa mudah diatasi asalkan kita saling menolong terhadap sesama

Wallahu’alam bishshawab, ..

Semoga kita dapat mengambil pengetahuan yang bermanfaat dan bernilai ibadah ....

Wabillahi Taufik Wal Hidayah, ...

Salam Terkasih ..

Dari Sahabat Untuk Sahabat ...

Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci

Usaha dari modal Riba tidak membawa berkah – kisah ibu Karimah yang telah bebas 

dari rentenir.

Ibu Karimah, berusia sekitar 45 tahun, sehari-hari ia seorang penjual sayuran di pasar Bogor. 

Profesi ini dilakoninya karena tidak ada jalan lain. Pendidikannya rendah dan sejak kecil ia 

sudah terbiasa dengan bidang ini.


Ibunya adalah seorang penjualan sayuran juga. Kini profesi tersebut diwariskan kepada 

anaknya. Sebagai penjual sayuran, tidak banyak keuntungan yang ia dapat, malah kadang 

tekor. Sementara modal yang ia pakai untuk berdagang itu berasal dari pinjaman rentenir. 

"Saya terpaksa pinjam ke rentenir karena tida ribet," ujarnya.

Dia pinjam ke rentenir karena modal usahanya habis dipakai untuk kebutuhan lain yang tak 

terduga. Pasalnya, sang suami yang hanya buruh bangunan, kerjaannya tidak menentu.

Kadang ia bekerja, tapi kadang juga tidak. 

Seringnya ia tidak bekerja, dengan kata lain 

nganggur karena tidak ada job. Kalau sudah 

begini, Karimah harus kerja keras untuk 

menutupi kebutuhan sehari-harinya. Mulai dari 

uang makan, jajan, hingga biaya anak sekolah.

Yuk sedekah, pahala dan keistimewaannya sangat 

besar sekali lho :)


Sudah begitu, kondisi demikian diperparah oleh keinginan anak-anaknya yang kadang 

kelewatan. "Kalau sudah minta ini dan itu harus diturutin. Kalau saya tolak, kadang kasihan, 

tapi kalau saya turuti terus menerus, uang saya tidak punya. Sementara tagihan ke rentenir 

harus selalu disetorkan." Ujarnya.

Karena modal usahanya pinjam dari rentenir, Karimah harus membayar tagihan yang tinggi 

tiap harinya. "Bayangkan saja, saya harus membayar utang sebesar Rp.100rb sehari, 

sementara saya hanya jual sayuran," keluhnya saat itu. Telat bayar sehari saja, ia sudah harus 

menanggung denda.


Kalau sudah berhari-hari telat bayar, debt collector mendatangi rumah atau tempat usahanya 

dan kadang bertindak kasar untuk menagihnya.

Untuk menutupi hutang-hutangnya tersebut, diapun terpaksa harus menjual semua peralatan 

rumah tangga, seperti mebel, tv, kulkas, radio, mesin cuci dan sebagainya.

Rumahnyapun sepi dari alat-alat elektronik. "Mau gimana lagi mas, saya tidak punya uang lagi 

untuk bayar utang. Kalau tidak saya kena denda dan sering didatangi debt collector," ujarnya.

Karimahpun terus berpikir, bagaimana caranya agar ia bisa lancar bayar utang dan lepas dari 

kejaran debt collector.

Masalahnya, kalau ia telat sehari saja, langsung kena bunga lagi dan seterusnya. Belum lagi, 

debt collector itu kadang bertindak kasar, "saya ngeri ngelihatnya, pokoknya jangan sekali-
kali deh," ujarnya mengisahkan pengalamannya tersebut.


Suatu ketika, terbesit dalam pikirannya untuk bertanya pada guru ngaji anaknya, Ibu Hasanah. 

Kepada sang guru ngaji, ia pun berterus terang, "Bu, bagaimana caranya agar jualan saya laku 

keras sehingga bisa bayar utang?"

Ibu Hasanah tidak memberi teori yang njlimet. Dengan sederhana Ibu Hasanah justru 

bertanya balik, "Maaf kalau saya boleh tahu, waktu ibu pertama jualan modalnya dari mana?"

Dengan jujur Ibu Karimah pun menjawab bahwa modalnya berasal dari pinjaman ke rentenir. 

"Pantas saja jualan ibu tidak berkah," sergah sang ibu guru ngaji.

Ibu guru ngaji itu pun menjelaskan bahwa dari awal langkah Ibu Karimah sudah salah. 

Selanjutnya, ia pasti akan terus mengalami hal yang salah. Jualannya tidak akan berkah, meski 

laku, misalnya, uangnya tetap tidak ada dan tidak bisa melunasi utangnya.

"Cobalah ibu mulai dari titik nol lagi, cari modal dulu yang halal, setelah itu rajin sedekah," 

sang guru ngaji menasehati.

Akhirnya Ibu Karimah kembali dapat pinjaman dari langganannya sebesar Rp. 5jt tanpa 

bunga. Dengan uang itu, sebagian ia gunakann untuk membayar tagihan yang nunggak, 

sebagian lagi untuk modal usaha dan sisanya untuk membantu tetangganya yang 

membutuhkan pertolongan.

Ibu Karimah pun mulai dari titik nol lagi berjualan sayur mayur. Tak lupa ia kini mulai rajin 

beribadah dan bersedekah. "Setiap hari saya usahakan untuk bisa bersedekah dari 

keuntungan yang saya dapatkan", kisahnya.

Ajaib! Tak lama setelah melakukan kebiasaan baik itu, usahanya meningkat. Jumlah sayuran 

yang ia jual semakin banyak, sehingga omset penjualnnya pun ikut naik.

Tagihan ke rentenir pun lancar, sehingga ia terbebas dari debt collector dan bebas denda yang 

tinggi. Bahkan ia sudah bisa membeli mesin parutan kelapa sendiri. Perlahan-lahan ia pun 

sudah bisa membeli peralatan elektronik yang sempat ia jual dulu, seperti tv, kulkas, radio, 

dan sebagainya.


Yang lebih membahagiakan dirinya, kini sang suami juga ikut berdagang, satu hal yang 

sebenarnya sulit untuk ia lakukan. Ia membantu berjualan sayur di pasar. "Dulunya ia malas 

mas, tapi sekarang malah ia lebih bersemangat dibandingkan saya." Cerita Ibu Karimah.

Satu lagi, anak-anaknya pun menjadi berubah lebih baik. Dulu mereka sangat susah sekali 

diatur. Kalau sudah minta sesuatu harus dituruti. Sekarang keadaannya terbalik.

Mereka sudah bisa diatur, tak lagi minta macam-macam. Bahkan, kadang ikut membantu 

orang tuanya di pasar. Suatu hal yang tentunya sangat membahagiakan kedua orang tuanya. 

Sebagai bentuk rasa syukur, Ibu Karimah pun memberikan santunan kepada 50 orang anak 

yatim piatu pada ramadhan tahun kemarin. Demikian sebuah kisah yang bisa kita jadikan 

pelajaran berharga untuk kita semua. Kisah ini mengajarkan kepada kita bahwa untuk bisa 

sukses berdagang itu harus rajin beribadah dan ingat sedekah. Semakin rajin bersedekah, kian 

besar pula peluang kita untuk sukses. Semoga pembaca bisa mengikut langkah Ibu Karimah,

Amiin :)

Sumber: http://usahayusufmansur.blogspot.com/


Diluar tehnik maupun strategi bebas hutang manapun, saya mempercayai bahwa 

Tuhan yang mengijinkan seseorang untuk bebas hutang.


Banyak kisah dari berbagai agama (kebetulan saya hanya memberikan contoh dari agama 

yang saya yakini saja), dimana ada masalah, Tuhan juga memberikan jalan keluarnya.

Semua tergantung keyakinan anda akan keberadaan Tuhan, maka saya mensyaratkan 

“Percaya Tuhan Sepenuhnya” sebelum anda menjalankan berbagai macam strategi yang akan 

saya sampaikan di Bab-bab berikutnya.

Di akhir tahun 2012 saya merenung lebih dari dua bulan untuk mencari jawaban “mengapa 

bisnis saya yang menghasilkan penghasilan besar tidak terasa tenang, malahan bikin pusing..”

Suatu ketika saya nyetir mobil, dan bertemu pengemis di jalan.. saat itu angsuran saya masih 

banyak, dan sambil nyetir saya berfikir keras bagaimana caranya membayar bulan ini, bulan 

depan dan seterusnya.. apa yang harus saya lakukan.

Selama beberapa tahun saya merasa banting tulang, tapi tidak pernah menggunakan uang 

untuk kesenangan.. apalagi untuk membayar hoby bermusik.. bisa bayar angsuran tiap bulan 

saja sudah lega.

Dan bulan depan seperti itu lagi.. Seperti itu lagi..

Saya merasa seperti berada di sebuah lingkaran yang tidak ada ujungnya, diliputi tekanan 

setiap hari.

Apa yang salah?

Setelah merenung .. dan mulai mendekat pada Tuhan, saya mendapat pertanyaan di kepala 

saya yang membuat saya tergugah..

“Jaman dulu Rosul juga berbisnis, dan tidak ada bank.. trus kaya raya.. kira-kira apa 

rahasianya?”

Pertanyaan berikutnya: “bisa tidak jaman sekarang saya berbisnis memutar uang cash, dan 

membebaskan diri dari beban..?”


Semakin saya mendekat dan berdoa tengah malam, saya semakin mendapat jawaban, dan 

mulai mempelajari apa yang disebut dengan RIBA.

Peraturan bisnis seperti apa yang harus saya tepati sebagai seorang muslim.. dan mulai 

mengkajinya dengan perhitungan nyata, di kehidupan bisnis sehari-hari.

Dari situ saya pelajari bagaimana Rosul berbisnis bermodal Amanah, yang artinya bisa 

dipercaya.. Seperti tersambar petir..

Perasaan saya bergumul, seolah-olah ada sesuatu meledak di pikiran saya..

Mulai hari itu saya berkomitmen menjauhi RIBA semampu saya. Dan mulai berbisnis dengan 

cash.. dengan akad yang jelas.


Sejak hari itu saya tidak lagi memiliki harapan yang terlalu tinggi, dan berpromosi yang terlalu 

muluk-muluk diluar kemampuan sebenarnya. Ya.. biasanya bahasa marketing terkesan 

berlebihan. Tapi sejak saat itu saya berkomitmen, hanya mengatakan yang sebenarnya.

Kalau jelek akan saya katakan jelek..

Tidak laku dagangan saya juga tidak masalah, berarti Tuhan belum mengijinkan saya untuk 

berhasil menjual.

Itu komitmen saya..


Beberpa hari kemudian jawaban datang.. dari seorang rekan lama yang berniat menginap 

dirumah, dan kebetulan di kamar tamu masih tersimpan beberapa jerigen cairan penghemat 

BBM yang sebelumnya pernah berniat saya jual tetapi tidak jadi karena saya tidak yakin akan 

laku keras.

Andre, adalah rekan saya sejak SMP yang pernah berbisnis dengan saya beberapa tahun lalu. 

Tetapi sudah lama tidak berkomunikasi, karena kesibukan masing-masing. Pagi hari setelah 

bangun tidur beliau bilang “kamu jualan minyak gosok ya sekarang..?”

Kebetulan aroma herbal penghemat BBM saya memang mirip minyak gosok.. karena aroma 

tersebutlah.. produk tersebut gagal saya pasarkan.

Saya jawab: “enak aja.. itu penghemat BBM tapi ga tau laku ngga kalo dijual, soalnya aromanya 

bikin orang ragu-ragu.. cairan itu kan dari herbal.”


Ketika saya ragu-ragu dengan bahan herbalnya, kebalikanya Andre malah yakin dengan hal 

itu.. hari itulah saya mendapat jawaban dari doa malam saya.

Bisnis tersebut kami mulai hanya dengan modal awal 1,8 juta (itupun patungan berdua) dalam 

satu setengah tahun menghasilkan omset lebih dari 4,5 Milyar rupiah.. tanpa modal bank, 

karena saya telah berkomitmen untuk tidak bersinggungan lagi dengan kredit.

Saya pun tidak menyimpan uang di rekening melainkan emas batangan, untuk menghindari 

unsur riba semampu saya.

(saya akan mensharingkan bagaimana prosesnya di e-book lain)

Bersambung Bab 2

1 komentar:

  1. Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

    Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

    Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

    Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

    Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

    BalasHapus