Bab 1 Tuhan
Kalau anda percaya Tuhan, pasti masalah anda selesai dengan ijinnYa..
Hal ini yang saya perhatikan pertama kali saat saya ingin menyelesaikan masalah-masalah
saya dengan perbankan.
Jujur waktu itu, saya sudah tidak peduli lagi dengan bisnis saya, tidak peduli juga dengan BI
cheking.. saya hanya ingin keluar dari semuanya, dan menjauh.. betul betul menjauh dari
sistem hutang dan bunga.
Ya.. apapun agama anda..mendekatlah kepada Tuhan.
Saya pribadi adalah seorang muslim, yang sangat menghargai keagamaan orang lain. Jadi
apapun agama anda, silahkan mendekat dengan Tuhan. Berbicaralah dengan orang-orang ahli
ibadah, dan bertanyalah “Apa yang harus saya lakukan untuk bisa lebih dekat dengan Tuhan..”
Ya .. itu juga yang saya lakukan.
Saya baru sadar kalau ternyata selama ini saya lebih mementingkan semua hal mendesak
seperti angsuran. Bahkan saya merasa takut dengan debt collector, seharusnya lebih takut
dengan Tuhan..
Dari kesadaran itu, maka saya mulai memperbaiki semua hal yang terkait dengan ibadah, dan
Mungkin cerita dibawah bisa lebih memberikan inspirasi untuk anda:
Keajaiban Tuhan menyelesaikan Hutang 1 Milyar hanya dalam dua Hari
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Seorang pria bernama Mukhlis tengah mendekam di Lapas
Sukamiskin, Bandung. Bisnis yang begitu menggiurkan sesaat membuatnya terjerembab
hutang hingga lebih dari Rp 2 milyar.
Ia tak sanggup bayar dan perusahaan kreditur pun memperkara-kannya hingga ia dipenjara.
Hari itu adalah Ahad, sudah dua pekan lebih Mukhlis berada di dalam sel sempit di balik jeruji.
Ia merasa sedih dan kesepian. Kebebasan yang biasa ia hirup sebelumnya kini hanya tinggal
Jangankan untuk bersenang-senang dengan rekan dan sahabat, untuk berkumpul dengan
keluarga tercinta saja sudah tidak lagi bisa.
Mukhlis merasa sedih, dan ia berjanji tidak ingin lagi hidup seperti ini. Berkali-kali dengan
mulutnya ia gumamkan doa kepada Allah Sang Maha Penolong dari balik jeruji agar ia dapat
menyelesaikan perkara dan segera bebas dari penjara dan kembali ke rumah untuk
berkumpul bersama keluarga.
Dalam kesedihan yang Mukhlis alami, tiba-tiba seperti ijabah doa yang datang dari Allah Swt
maka Mukhlis dapati ustadz Iman sedang berkeliling dari satu sel ke sel lainnya.
Ustadz Iman adalah pembimbing rohani Islam para tahanan yang kerap memberikan
pelajaran mental bagi setiap tahanan yang ada di Lapas Sukamiskin. Sepekan dua kali
biasanya ustadz Iman datang ke lapas. Demi melihat datangnya ustadz Iman maka Mukhlis
pun memanggil beliau dari balik jeruji.
Terjadilah obrolan antara Mukhlis dan ustadz Iman. Banyak nasehat yang disampaikan sang
ustadz kepada Mukhlis, termasuk salah satu nasehatnya adalah agar Mukhlis rajin bersedekah.
Ustadz Iman menyampaikan bahwa sedekah itu menjadi salah satu cara yang membuat
datangnya pertolongan Allah Swt.
Mukhlis meresapi nasehat itu, maka sejurus kemudian ia bangkit untuk mengambil sesuatu. Ia
buka tas dan dari dalam tas tersebut ia ambil uang sejumlah Rp 1 juta dan ia berikan kepada
sang ustadz.
“Ustadz, mohon salurkan uang ini sebagai sedekah saya. Terserah ustadz mau berikan kepada
siapa ... saya berharap dengan sedekah ini saya akan mendapat pertolongan Allah seperti yang
ustadz sampaikan kepada saya!”
Sang Ustadz menerima sedekah Mukhlis. Beliau berjanji untuk menyalurkan sedekah tersebut
selekas mungkin. Tak lupa sang Ustadz mendoakan Mukhlis agar segala masalah yang ia
hadapi diberi kemudahan oleh Allah Swt.
Sejurus kemudian ustadz Iman pun berlalu meninggalkan Mukhlis.
Ustadz Iman kembali ke kampungnya. Sebelum beliau tiba di rumah beliau menyempatkan
untuk mampir di sebuah warung kecil. Beliau membeli sesuatu di sana. Teringat akan titipan
sedekah Mukhlis, maka ustadz Iman pun berbincang dengan pemilik warung.
“Bu, punten ..., apakah di warung ini ada orang-orang miskin yang punya hutang dan belum
bisa terlunaskan?!” tanya ustadz Iman kepada ibu pemilik warung.
“Ada ustadz ....! ada beberapa orang susah yang punya hutang di warung saya.” jawab ibu
pemilik warung.
“Berapa orang bu kira-kira jumlah mereka dan besaran hutangnya?!” kejar ustadz Iman lagi.
Maka ibu pemilik warung pun menceritakan bahwa ada sejumlah orang miskin yang
berhutang di warungnya, dan itu membuat usahanya sulit berkembang sebab modal yang ia
putar tertahan oleh hutang-hutang mereka.
Sang ibu pemilik warung menyebutkan sejumlah nama, namun setelah dihitung semua orang
itu memiliki jumlah hutang Rp 1,8 juta. Sang ibu mengutarakan; biasanya mereka berhutang
keperluan sehari-hari seperti sembako, namun rupanya mereka selalu tidak mampu
membayar hutangnya sementara sang ibu tidak tega kalau mendengar mereka mengiba, maka
ia pun memberikan izin kepada mereka untuk berhutang di warungnya.
Usai mendapat penjelasan dari ibu pemilik warung maka ustadz Iman menjelaskan bahwa ia
memiliki titipan sedekah sebesar 1 juta rupiah. Beliau meminta kepada ibu pemilik warung
untuk menghitung siapa saja kiranya yang bisa ditolong agar terbebas dari hutang.
Sang ibu pemilik warung amat senang mendengarnya. Maka ia memberikan data orang- orang
susah yang kerap berhutang di warungnya. Setelah dihitung maka ada 7 nama di antara
mereka yang bisa dilunaskan hutangnya dengan uang sedekah 1 juta rupiah tersebut.
Dengan baca basmalah ustadz Iman menyerahkan uang sedekah Mukhlis kepada ibu pemilik
warung. Sang ibu berucap syukur dan ia mengangkatkan tangan seraya berdoa kepada Allah
Swt atas anugerah-Nya yang telah menggerakan hati Mukhlis, orang yang tidak dikenalnya,
untuk mau melunasi hutang-hutang orang susah yang ada di warungnya.
Ibu pemilik warung berjanji kepada ustadz Iman untuk memberitahukan kepada 7 nama tadi
kabar gembira ini. Maka saat kesemua nama tadi mendapatkan kabar tersebut maka mereka
pun bersyukur kepada Allah Swt dan mendoakan Mukhlis dengan penuh kesungguhan.
Ina, istri Mukhlis datang berkunjung ke lapas pada hari Kamis. Ada gurat kegembiraan pada
wajahnya. Saat Mukhlis datang di ruang besuk, maka Ina bangkit dari duduknya dan ia tak
kuasa menahan tangis.
Mukhlis kaget melihat istri tercintanya menangis. Mukhlis menanyakan apa gerangan namun
Ina tidak mampu menjawab apa-apa. Tubuhnya bergetar dan terlihat banyak air mata yang
mengalir di pipinya. Ina mengeluarkan secarik surat berwarna putih dari tasnya. Surat itu ia
serahkan kepada Mukhlis dan langsung surat itu dibaca.
Tidak banyak kata dan kalimat tertulis dalam surat itu. Namun demi membaca surat tersebut,
maka Mukhlis pun tertunduk dan mulai meneteskan air mata haru.
“Allahu akbar .... Allahu Akbar .... Allahu Akbar ....
Alhamdulillah ya Rabb.... sungguh Engkau Maha Penolong dan Maha Pemurah... Engkau tolong
hamba-Mu yang lemah ini untuk keluar dari masalah” pekik Mukhlis dalam doa.
Dalam surat tertanggal hari Selasa dua hari yang lalu tertulis bahwa perusahaan tempat
Mukhlis berhutang menyatakan bahwa hutangnya SEBESAR 1 MILYAR RUPIAH TELAH
DIHAPUSKAN!
Mukhlis dan Ina saling berpegangan tangan. Mereka sungguh bahagia mendengar berita
gembira ini. Berita ini sungguh membuat beban hutang Mukhlis bertambah ringan. Maka usai
bertemu dan bertukar kabar, beberapa saat kemudian Ina pun berpamitan untuk pulang ke
rumah.
Keesokannya adalah hari Jumat. Seluruh penghuni lapas bersiap untuk melaksanakan shalat
Jum'at. Saat menanti datangnya waktu Jum'at tiba Mukhlis mengisinya dengan dzikir dan
i'tikaf. Begitu adzan Zuhur dikumandangkan maka naiklah sang khatib yang tiada lain adalah
ustadz Iman.
Saat menyimak khutbah Jum'at yang disampaikan ustadz Iman maka air mata Mukhlis kembali
menetes deras. Mukhlis mengingat perjumpaannya dengan ustadz Iman pada hari Ahad lalu
dan ia teringat sedekah satu juta rupiah yang ia titipkan kepada beliau. Sungguh sedekah itu
telah dibayar Allah Swt hanya dalam tempo 2 hari menjadi 1000 kali lipat.
Saat shalat Jum'at usai, maka Mukhlis mendatangi ustadz Iman. Ia menyampaikan ucapan
terima kasih yang berulang-ulang atas bantuan ustadz Iman menyalurkan sedekahnya. Ustadz
Iman pun kembali mengucapkan terima kasih.
Beliau sampaikan bahwa pemilik warung dan 7 orang yang berhutang juga turut berterima
kasih kepada Mukhlis dan mendoakan. Mendengarkan penuturan ustadz Iman kembali air
mata haru mengalir deras di pipi Mukhlis.
Sambil terisak Mukhlis berkata kepada ustadz Iman, “Ustadz..., janji Allah Swt yang ustadz
sebutkan bagi orang yang bersedekah sungguh kini telah saya rasakan. Sedekah saya kemarin
dalam dua hari sungguh telah Allah bayarkan kepada saya sebesar 1000 kali lipat!”
Mukhlis pun merangkul erat tubuh ustadz Iman. Kedua manusia itu tak henti-hentinya
berucap hamdalah dan bersyukur kepada Allah Swt. Ada kebahagiaan yang tiada terperi di
hati kedua manusia itu. Keduanya menjadi saksi atas janji Allah, bahwa masalah yang dihadapi
bisa mudah diatasi asalkan kita saling menolong terhadap sesama
Wallahu’alam bishshawab, ..
Semoga kita dapat mengambil pengetahuan yang bermanfaat dan bernilai ibadah ....
Wabillahi Taufik Wal Hidayah, ...
Salam Terkasih ..
Dari Sahabat Untuk Sahabat ...
Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci
Usaha dari modal Riba tidak membawa berkah – kisah ibu Karimah yang telah bebas
dari rentenir.
Ibu Karimah, berusia sekitar 45 tahun, sehari-hari ia seorang penjual sayuran di pasar Bogor.
Profesi ini dilakoninya karena tidak ada jalan lain. Pendidikannya rendah dan sejak kecil ia
sudah terbiasa dengan bidang ini.
Ibunya adalah seorang penjualan sayuran juga. Kini profesi tersebut diwariskan kepada
anaknya. Sebagai penjual sayuran, tidak banyak keuntungan yang ia dapat, malah kadang
tekor. Sementara modal yang ia pakai untuk berdagang itu berasal dari pinjaman rentenir.
"Saya terpaksa pinjam ke rentenir karena tida ribet," ujarnya.
Dia pinjam ke rentenir karena modal usahanya habis dipakai untuk kebutuhan lain yang tak
terduga. Pasalnya, sang suami yang hanya buruh bangunan, kerjaannya tidak menentu.
Kadang ia bekerja, tapi kadang juga tidak.
Seringnya ia tidak bekerja, dengan kata lain
nganggur karena tidak ada job. Kalau sudah
begini, Karimah harus kerja keras untuk
menutupi kebutuhan sehari-harinya. Mulai dari
uang makan, jajan, hingga biaya anak sekolah.
Yuk sedekah, pahala dan keistimewaannya sangat
besar sekali lho :)
Sudah begitu, kondisi demikian diperparah oleh keinginan anak-anaknya yang kadang
kelewatan. "Kalau sudah minta ini dan itu harus diturutin. Kalau saya tolak, kadang kasihan,
tapi kalau saya turuti terus menerus, uang saya tidak punya. Sementara tagihan ke rentenir
harus selalu disetorkan." Ujarnya.
Karena modal usahanya pinjam dari rentenir, Karimah harus membayar tagihan yang tinggi
tiap harinya. "Bayangkan saja, saya harus membayar utang sebesar Rp.100rb sehari,
sementara saya hanya jual sayuran," keluhnya saat itu. Telat bayar sehari saja, ia sudah harus
menanggung denda.
Kalau sudah berhari-hari telat bayar, debt collector mendatangi rumah atau tempat usahanya
dan kadang bertindak kasar untuk menagihnya.
Untuk menutupi hutang-hutangnya tersebut, diapun terpaksa harus menjual semua peralatan
rumah tangga, seperti mebel, tv, kulkas, radio, mesin cuci dan sebagainya.
Rumahnyapun sepi dari alat-alat elektronik. "Mau gimana lagi mas, saya tidak punya uang lagi
untuk bayar utang. Kalau tidak saya kena denda dan sering didatangi debt collector," ujarnya.
Karimahpun terus berpikir, bagaimana caranya agar ia bisa lancar bayar utang dan lepas dari
kejaran debt collector.
Masalahnya, kalau ia telat sehari saja, langsung kena bunga lagi dan seterusnya. Belum lagi,
debt collector itu kadang bertindak kasar, "saya ngeri ngelihatnya, pokoknya jangan sekali-
kali deh," ujarnya mengisahkan pengalamannya tersebut.
Suatu ketika, terbesit dalam pikirannya untuk bertanya pada guru ngaji anaknya, Ibu Hasanah.
Kepada sang guru ngaji, ia pun berterus terang, "Bu, bagaimana caranya agar jualan saya laku
keras sehingga bisa bayar utang?"
Ibu Hasanah tidak memberi teori yang njlimet. Dengan sederhana Ibu Hasanah justru
bertanya balik, "Maaf kalau saya boleh tahu, waktu ibu pertama jualan modalnya dari mana?"
Dengan jujur Ibu Karimah pun menjawab bahwa modalnya berasal dari pinjaman ke rentenir.
"Pantas saja jualan ibu tidak berkah," sergah sang ibu guru ngaji.
Ibu guru ngaji itu pun menjelaskan bahwa dari awal langkah Ibu Karimah sudah salah.
Selanjutnya, ia pasti akan terus mengalami hal yang salah. Jualannya tidak akan berkah, meski
laku, misalnya, uangnya tetap tidak ada dan tidak bisa melunasi utangnya.
"Cobalah ibu mulai dari titik nol lagi, cari modal dulu yang halal, setelah itu rajin sedekah,"
sang guru ngaji menasehati.
Akhirnya Ibu Karimah kembali dapat pinjaman dari langganannya sebesar Rp. 5jt tanpa
bunga. Dengan uang itu, sebagian ia gunakann untuk membayar tagihan yang nunggak,
sebagian lagi untuk modal usaha dan sisanya untuk membantu tetangganya yang
membutuhkan pertolongan.
Ibu Karimah pun mulai dari titik nol lagi berjualan sayur mayur. Tak lupa ia kini mulai rajin
beribadah dan bersedekah. "Setiap hari saya usahakan untuk bisa bersedekah dari
keuntungan yang saya dapatkan", kisahnya.
Ajaib! Tak lama setelah melakukan kebiasaan baik itu, usahanya meningkat. Jumlah sayuran
yang ia jual semakin banyak, sehingga omset penjualnnya pun ikut naik.
Tagihan ke rentenir pun lancar, sehingga ia terbebas dari debt collector dan bebas denda yang
tinggi. Bahkan ia sudah bisa membeli mesin parutan kelapa sendiri. Perlahan-lahan ia pun
sudah bisa membeli peralatan elektronik yang sempat ia jual dulu, seperti tv, kulkas, radio,
dan sebagainya.
Yang lebih membahagiakan dirinya, kini sang suami juga ikut berdagang, satu hal yang
sebenarnya sulit untuk ia lakukan. Ia membantu berjualan sayur di pasar. "Dulunya ia malas
mas, tapi sekarang malah ia lebih bersemangat dibandingkan saya." Cerita Ibu Karimah.
Satu lagi, anak-anaknya pun menjadi berubah lebih baik. Dulu mereka sangat susah sekali
diatur. Kalau sudah minta sesuatu harus dituruti. Sekarang keadaannya terbalik.
Mereka sudah bisa diatur, tak lagi minta macam-macam. Bahkan, kadang ikut membantu
orang tuanya di pasar. Suatu hal yang tentunya sangat membahagiakan kedua orang tuanya.
Sebagai bentuk rasa syukur, Ibu Karimah pun memberikan santunan kepada 50 orang anak
yatim piatu pada ramadhan tahun kemarin. Demikian sebuah kisah yang bisa kita jadikan
pelajaran berharga untuk kita semua. Kisah ini mengajarkan kepada kita bahwa untuk bisa
sukses berdagang itu harus rajin beribadah dan ingat sedekah. Semakin rajin bersedekah, kian
besar pula peluang kita untuk sukses. Semoga pembaca bisa mengikut langkah Ibu Karimah,
Amiin :)
Sumber: http://usahayusufmansur.blogspot.com/
Diluar tehnik maupun strategi bebas hutang manapun, saya mempercayai bahwa
Tuhan yang mengijinkan seseorang untuk bebas hutang.
Banyak kisah dari berbagai agama (kebetulan saya hanya memberikan contoh dari agama
yang saya yakini saja), dimana ada masalah, Tuhan juga memberikan jalan keluarnya.
Semua tergantung keyakinan anda akan keberadaan Tuhan, maka saya mensyaratkan
“Percaya Tuhan Sepenuhnya” sebelum anda menjalankan berbagai macam strategi yang akan
saya sampaikan di Bab-bab berikutnya.
Di akhir tahun 2012 saya merenung lebih dari dua bulan untuk mencari jawaban “mengapa
bisnis saya yang menghasilkan penghasilan besar tidak terasa tenang, malahan bikin pusing..”
Suatu ketika saya nyetir mobil, dan bertemu pengemis di jalan.. saat itu angsuran saya masih
banyak, dan sambil nyetir saya berfikir keras bagaimana caranya membayar bulan ini, bulan
depan dan seterusnya.. apa yang harus saya lakukan.
Selama beberapa tahun saya merasa banting tulang, tapi tidak pernah menggunakan uang
untuk kesenangan.. apalagi untuk membayar hoby bermusik.. bisa bayar angsuran tiap bulan
saja sudah lega.
Dan bulan depan seperti itu lagi.. Seperti itu lagi..
Saya merasa seperti berada di sebuah lingkaran yang tidak ada ujungnya, diliputi tekanan
setiap hari.
Apa yang salah?
Setelah merenung .. dan mulai mendekat pada Tuhan, saya mendapat pertanyaan di kepala
saya yang membuat saya tergugah..
“Jaman dulu Rosul juga berbisnis, dan tidak ada bank.. trus kaya raya.. kira-kira apa
rahasianya?”
Pertanyaan berikutnya: “bisa tidak jaman sekarang saya berbisnis memutar uang cash, dan
membebaskan diri dari beban..?”
Semakin saya mendekat dan berdoa tengah malam, saya semakin mendapat jawaban, dan
mulai mempelajari apa yang disebut dengan RIBA.
Peraturan bisnis seperti apa yang harus saya tepati sebagai seorang muslim.. dan mulai
mengkajinya dengan perhitungan nyata, di kehidupan bisnis sehari-hari.
Dari situ saya pelajari bagaimana Rosul berbisnis bermodal Amanah, yang artinya bisa
dipercaya.. Seperti tersambar petir..
Perasaan saya bergumul, seolah-olah ada sesuatu meledak di pikiran saya..
Mulai hari itu saya berkomitmen menjauhi RIBA semampu saya. Dan mulai berbisnis dengan
cash.. dengan akad yang jelas.
Sejak hari itu saya tidak lagi memiliki harapan yang terlalu tinggi, dan berpromosi yang terlalu
muluk-muluk diluar kemampuan sebenarnya. Ya.. biasanya bahasa marketing terkesan
berlebihan. Tapi sejak saat itu saya berkomitmen, hanya mengatakan yang sebenarnya.
Kalau jelek akan saya katakan jelek..
Tidak laku dagangan saya juga tidak masalah, berarti Tuhan belum mengijinkan saya untuk
berhasil menjual.
Itu komitmen saya..
Beberpa hari kemudian jawaban datang.. dari seorang rekan lama yang berniat menginap
dirumah, dan kebetulan di kamar tamu masih tersimpan beberapa jerigen cairan penghemat
BBM yang sebelumnya pernah berniat saya jual tetapi tidak jadi karena saya tidak yakin akan
laku keras.
Andre, adalah rekan saya sejak SMP yang pernah berbisnis dengan saya beberapa tahun lalu.
Tetapi sudah lama tidak berkomunikasi, karena kesibukan masing-masing. Pagi hari setelah
bangun tidur beliau bilang “kamu jualan minyak gosok ya sekarang..?”
Kebetulan aroma herbal penghemat BBM saya memang mirip minyak gosok.. karena aroma
tersebutlah.. produk tersebut gagal saya pasarkan.
Saya jawab: “enak aja.. itu penghemat BBM tapi ga tau laku ngga kalo dijual, soalnya aromanya
bikin orang ragu-ragu.. cairan itu kan dari herbal.”
Ketika saya ragu-ragu dengan bahan herbalnya, kebalikanya Andre malah yakin dengan hal
itu.. hari itulah saya mendapat jawaban dari doa malam saya.
Bisnis tersebut kami mulai hanya dengan modal awal 1,8 juta (itupun patungan berdua) dalam
satu setengah tahun menghasilkan omset lebih dari 4,5 Milyar rupiah.. tanpa modal bank,
karena saya telah berkomitmen untuk tidak bersinggungan lagi dengan kredit.
Saya pun tidak menyimpan uang di rekening melainkan emas batangan, untuk menghindari
unsur riba semampu saya.
(saya akan mensharingkan bagaimana prosesnya di e-book lain)
Bersambung Bab 2